TIPE HUJAN DALAM BAHASA BUGIS
Sepagi ini, Ahad 23 Desember 2012. Hampir semua siaran berita televisi nasional dan lokal Indonesia memuat berita tentang hujan dan segala akibatnya yang merata dihamparan darat dan laut persada Indonesia. Menurut Komunitas dan Perpustakaan On Line Indonesia (2006), hujan di Indonesia terbagi dalam tiga jenis. Diantaranya; hujan frontal, hujan ini terjadi karena bertemunya angin musim panas yang membawa uap air dengan udara dingin bersuhu rendah sehingga menyebabkan pengembunan di udara yang pada akhirnya menurunkan hujan.
Jenis kedua adalah hujan orografis, sebagai akibat dari adanya uap air yang terbawa atau tertiup angin hingga naik ke atas pegunungan dan membentuk awan. Saat awan telah mencapai titik jenuh maka akan turun hujan. Terakhir adalah hujan zenit yang berawal dari munculnya suhu yang panas pada garis khatulistiwa. Ini memicu penguapan air ke atas langit bertemu dengan udara yang dingin menjadi hujan. Hujan zenit hanya terjadi di sekitar daerah garis khatulistiwa.
Penamaan tersebut merujuk pada asas penyebab hujan itu sendiri. Berbeda dengan penamaan hujan bagi masyarakat Bugis yang menamakannya berdasarkan berdasarkan bentuk atau kondisi hujan itu sendiri.
Secara umum hujan dikenali dengan nama Bosi. Berikut adalah penamaan hujan dalam bahasa Bugis, penamaan ini akan diurut berdasarkan tingkat deras hujan, mulai dari paling kecil hingga paling besar. Dimulai dengan istilah Canecci, kondisi dimana ada butiran hujan yang turun dengan sangat kecil, tipis dan jarang bahkan tidak terlihat. Baru bisa diketahui setelah butiran tersebut menyentuh permukaan, termasuk kulit manusia. Dalam bahasa Indonesia kondisi ini disebut gerimis.
Diatas tipe canecci dikenal nama Bosi Lalo, hujan sekedar lewat. Hujan dengan butiran yang lebih besar dibanding canecci dan lebih rapat jeda antara butirannya. Hujan ini mirip kabut tipis dan hanya datang sekejap lalu menghilang lagi, dapat muncul saat kondisi mendung (marellung) atau saat masih ada cahaya matahari. Adalagi tipe hujan yang datang pada saat matahari bersinar terang dan panas dengan intensitas tinggi dan butiran lebih besar disebut Bosi Setang (Hujan Setan), disebut demikian karena hujan ini menyalahi kelaziman hujan lainnya yang biasanya terjadi saat kondisi mendung, tidak ada sinar matahari dan berhawa dingin. Masyarakat Bugis kerapkali menyebut segala sesuatu yang terjadi atau berlaku diluar kelaziman dengan kata setang, massetang-setang dan segala turunannya. Orang yang sering berbuat konyol akan disebut massetang-setang. Orang yang berakhlak atau berprilaku buruk akan disebut tau setang.
Tingkatan hujan selanjutnya adalah Bosi Redde, hujan deras. Hujan yang datang seketika dengan diawali mendung yang tipis. Datang secara tiba-tiba dan berlangsung sekejap saja, lalu menghilang tiba-tiba. Tipe ini mencurahkan air hujan dengan intensitas tinggi dan butiran yang cukup besar, butiran hujannya jika mengenai permukaan tubuh manusia mengakibatkan rasa perih seperti rasa sentilan jari pada kulit telinga. “Kakak kelas” dari tipe ini disebut Bosi Loppo, jenis hujan yang turun setelah mendung tebal dan gelap. Hujan jenis ini biasanya turun dari pagi hingga sore hari atau malam hingga esok pagi atau esok siangnya. Intensitasnya juga lebat dan stabil lengkap dengan butiran air hujan yang cukup besar.
Secara umum hujan dikenali dengan nama Bosi. Berikut adalah penamaan hujan dalam bahasa Bugis, penamaan ini akan diurut berdasarkan tingkat deras hujan, mulai dari paling kecil hingga paling besar. Dimulai dengan istilah Canecci, kondisi dimana ada butiran hujan yang turun dengan sangat kecil, tipis dan jarang bahkan tidak terlihat. Baru bisa diketahui setelah butiran tersebut menyentuh permukaan, termasuk kulit manusia. Dalam bahasa Indonesia kondisi ini disebut gerimis.
Diatas tipe canecci dikenal nama Bosi Lalo, hujan sekedar lewat. Hujan dengan butiran yang lebih besar dibanding canecci dan lebih rapat jeda antara butirannya. Hujan ini mirip kabut tipis dan hanya datang sekejap lalu menghilang lagi, dapat muncul saat kondisi mendung (marellung) atau saat masih ada cahaya matahari. Adalagi tipe hujan yang datang pada saat matahari bersinar terang dan panas dengan intensitas tinggi dan butiran lebih besar disebut Bosi Setang (Hujan Setan), disebut demikian karena hujan ini menyalahi kelaziman hujan lainnya yang biasanya terjadi saat kondisi mendung, tidak ada sinar matahari dan berhawa dingin. Masyarakat Bugis kerapkali menyebut segala sesuatu yang terjadi atau berlaku diluar kelaziman dengan kata setang, massetang-setang dan segala turunannya. Orang yang sering berbuat konyol akan disebut massetang-setang. Orang yang berakhlak atau berprilaku buruk akan disebut tau setang.
Tingkatan hujan selanjutnya adalah Bosi Redde, hujan deras. Hujan yang datang seketika dengan diawali mendung yang tipis. Datang secara tiba-tiba dan berlangsung sekejap saja, lalu menghilang tiba-tiba. Tipe ini mencurahkan air hujan dengan intensitas tinggi dan butiran yang cukup besar, butiran hujannya jika mengenai permukaan tubuh manusia mengakibatkan rasa perih seperti rasa sentilan jari pada kulit telinga. “Kakak kelas” dari tipe ini disebut Bosi Loppo, jenis hujan yang turun setelah mendung tebal dan gelap. Hujan jenis ini biasanya turun dari pagi hingga sore hari atau malam hingga esok pagi atau esok siangnya. Intensitasnya juga lebat dan stabil lengkap dengan butiran air hujan yang cukup besar.
Biangnya hujan dalam bahasa Bugis disebut Bosi Lempeq, hujan yang turun sepanjang hari dengan intensitas lebat dan berbutir besar. Bagi masyarakat yang bermukin di daerah pegunungan atau perbukitan, hujan ini ditandai dengan adanya material hutan gunung-perbukitan seperti pokok pohon, batang pohon, dahan, ranting atau dedaunan yang terbawa aliran air hujan. Untuk masyarakat yang bermukim di bantaran sungai , hujan ini ditandai dengan adanya material padat seperti kayu, bambu, sampah hingga bebatuan yang terbawa kedalam aliran sungai. Sementara bagi masyarakat pesisir danau dan laut, hujan ini ditandai dengan limpahan material dari sungai tadi yang bermuara di danau atau laut tersebut. Biasanya jika tipe hujan ini turun, masyarakat Bugis akan menyanyikan lagu berikut :
Bosi Lempeqko mai
Nakkitello maneng balanaqe
Artinya :
Duhai hujan, turunlah dengan darah
Agar semua ikan balanaq bertelur
Kadang adapula yang iseng mengubah lirik ini dalam versi jenaka, sayang gubahan tidak pantas dimuat dalam tulisan ini. Ada yang ingat? Jika ada, tidak usah disebarkan yah, nasaba engkatu ada tempedding ripoada (dalam kondisi tertentu, kadang ada perkataan yang tak layak untuk diungkapkan). Setuju?
Sumber
• http://organisasi.org/
• Foto : http://www.t3.gstatic.com
Jangan lupa berkunjung ke www.suryadinlaoddang.com
JUGA DI TWITTER : @AhliSastraBugis