MUSEUM BELUM DIMINATI
Pengelola museum dan masyarakat dinilai masih kurang menghargai keberadaan museum di Yogyakarta. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu kurangnya tingkat kunjungan museum. “Kalau kita lihat dari harga tiketnya saja, rasanya museum tidak lebih berharga dibanding dengan toilet.
Toilet saja kita harus membayar Rp 1.000, sedangkan karcis museum di Yogyakarta masih banyak yang di bawahnya,” katapioner Sahabat Museum Kota Yogyakarta, Suryadin Laoddang, seusai pembukaan Museum Perjuangan Expo kemarin. Bukan berarti harga tiket museum harus dibuat mahal, tapi yang paling penting ialah pembenahan tata kelola museum agar lebih baik lagi.
Dengan begitu, harga tiket tentu juga bisa dinaikkan lagi. Surya menuturkan, para pemandu museum di Yogyakarta kurang memahami isi atau sejarah dari barang-barang yang dipajang. “Ada harga tentu ada rupa. Dengan penyajian yang baik ditunjang pengetahuan yang benar yang dapat diberitahukan oleh para pemandu atau pengelola museum, tentu masyarakat berani membayar lebih mahal,”paparnya. Museum di DIY sebanyak 31.
Jumlah ini bisa dikatakan banyak untuk sebuah daerah. Sebagai pioner sahabat museum, Surya bersama 81 anggota lainnya selalu berusaha memperkenalkan museum-museum tersebut untuk menarik minat masyarakat berkunjung. “Kami memang baru terbentuk April 2011 lalu atas petunjuk Wali Kota Yogyakarta dan Badan Musyawarah Musea (Baramus). Dan kami menginginkan, museum tak hanya menarik dikunjungi,tapi kami juga bisa menyumbang rekomendasi dan perspektif bagi perkembangan museum,” tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto menuturkan keinginannya untuk mengolaborasikan keberadaan museum di Kota Yogyakarta dengan pendidikan. Museum masih memungkinkan untuk dijadikan tempat penyelenggaraan belajar mengajar. “Pendidikan di sekolah kan bisa saja digantikan dengan kegiatan berkunjung ke museum. Setelah itu,siswa atau mahasiswa tak hanya diajak mengetahui atau mengingat masa lalu, tapi juga diajak menganalisisnya,” tandasnya.
Kepala Museum Benteng Vredeburg, yang juga membawahi Museum Perjuangan, Sri Ediningsih, mengatakan jumlah pengunjung Museum Perjuangan memang masih di bawah target. “Maka dari itu, kami menggelar expo ini untuk semakin menarik minat masyarakat mengunjungi museum. Paling tidak, kami targetkan jumlah pengunjung 2.000 dalam tiga hari ini,” ujarnya. Museum Perjuangan Expo akan dilaksanakan sejak 19–22 Mei 2011 dengan melibatkan masyarakat. ratih keswara
==========
Toilet saja kita harus membayar Rp 1.000, sedangkan karcis museum di Yogyakarta masih banyak yang di bawahnya,” katapioner Sahabat Museum Kota Yogyakarta, Suryadin Laoddang, seusai pembukaan Museum Perjuangan Expo kemarin. Bukan berarti harga tiket museum harus dibuat mahal, tapi yang paling penting ialah pembenahan tata kelola museum agar lebih baik lagi.
Dengan begitu, harga tiket tentu juga bisa dinaikkan lagi. Surya menuturkan, para pemandu museum di Yogyakarta kurang memahami isi atau sejarah dari barang-barang yang dipajang. “Ada harga tentu ada rupa. Dengan penyajian yang baik ditunjang pengetahuan yang benar yang dapat diberitahukan oleh para pemandu atau pengelola museum, tentu masyarakat berani membayar lebih mahal,”paparnya. Museum di DIY sebanyak 31.
Jumlah ini bisa dikatakan banyak untuk sebuah daerah. Sebagai pioner sahabat museum, Surya bersama 81 anggota lainnya selalu berusaha memperkenalkan museum-museum tersebut untuk menarik minat masyarakat berkunjung. “Kami memang baru terbentuk April 2011 lalu atas petunjuk Wali Kota Yogyakarta dan Badan Musyawarah Musea (Baramus). Dan kami menginginkan, museum tak hanya menarik dikunjungi,tapi kami juga bisa menyumbang rekomendasi dan perspektif bagi perkembangan museum,” tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto menuturkan keinginannya untuk mengolaborasikan keberadaan museum di Kota Yogyakarta dengan pendidikan. Museum masih memungkinkan untuk dijadikan tempat penyelenggaraan belajar mengajar. “Pendidikan di sekolah kan bisa saja digantikan dengan kegiatan berkunjung ke museum. Setelah itu,siswa atau mahasiswa tak hanya diajak mengetahui atau mengingat masa lalu, tapi juga diajak menganalisisnya,” tandasnya.
Kepala Museum Benteng Vredeburg, yang juga membawahi Museum Perjuangan, Sri Ediningsih, mengatakan jumlah pengunjung Museum Perjuangan memang masih di bawah target. “Maka dari itu, kami menggelar expo ini untuk semakin menarik minat masyarakat mengunjungi museum. Paling tidak, kami targetkan jumlah pengunjung 2.000 dalam tiga hari ini,” ujarnya. Museum Perjuangan Expo akan dilaksanakan sejak 19–22 Mei 2011 dengan melibatkan masyarakat. ratih keswara
==========
Museum Belum Diminati Friday, 20 May 2011
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/400183/
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/400183/
Post a Comment for "MUSEUM BELUM DIMINATI"