Sarung Samarinda 5 : Motif Sarung Bugis
Motif sarung Bugis
DR. Priyanti Gunardi
Program Studi Biologi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
(Alamat tetap: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Cobo’ adalah motif yang mirip dengan bombang, perbedaan terletak pada bentuk segitiga yang menyusunnya. Motif cobo’ tersusun oleh segitiga yang lebih ramping, tegak, dan ujung meruncing. Segitiga pada motif cobo’ membentuk jajaran melintang hingga bertemu di ujung sarung setelah dijahit. Motif cobo’ melambangkan keteguhan hati seorang lelaki dan keluarganya untuk melamar pujaan hatinya (Laoddang, 2011).
DR. Priyanti Gunardi
Program Studi Biologi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
(Alamat tetap: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Orang Bugis biasa menyebut sarung dengan lipa. Sarung Bugis memiliki beberapa motif, seperti: balo renni, balo lobang, tettong, makkalu, bombang, cobo’ dan moppang. Balo renni (Gambar 5a) adalah sarung yang tersusun oleh garis-garis vertikal dan horizontal yang tipis sehingga menghasilkan ribuan kotak-kotak kecil. Pada bagian kapalanna terdapat garis-garis beserta kotak-kotak dengan pilihan warna yang berbeda. Motif sarung ini biasanya memakai warna-warna terang yang lembut, seperti: bakko (merah jambu) atau cui (hijau muda). Sarung ini biasanya dipakai oleh seorang gadis atau seorang perempuan yang belum menikah. Saat ini warna telah disesuaikan dengan keinginan para pemakainya (Laoddang, 2011).
Balo lobang (Gambar 5b) adalah motif sarung dengan garis-garis yang lebih tebal. Kombinasi garis vertikal dan horizontal menghasilkan kotak-kotak besar. Motif ini diperuntukan bagi lelaki yang belum menikah. Warna yang menghiasi sarung ini adalah cella (merah), cella raka (merah menyala), dan camara’ (merah keemasan) (Laoddang, 2011).
Tettong atau berdiri tegak, sarung ini tersusun oleh garis-garis vertikal saja sedangkan motif makkalu yang berarti melintang dan melingkar adalah motif yang disusun oleh garis-garis horizontal atau melingkar. Ujung dari garis melintang pada motif ini akan bertemu kembali setelah ujung kain disatukan dengan cara menjahit (Laoddang, 2011).
Bombang (Gambar 5c) dalam bahasa Indonesia berarti ombak. Hal ini disebabkan masyarakat Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja terkenal dengan budaya baharinya. Motif bombang sebenarnya lebih cocok disebut motif bulu-bulu atau perbukitan. Motif ini berua segitiga sama sisi yang berjejeran dan sambung-menyambung. Bulu-bulu selain memiliki makna perbukitan juga berarti milik yang melekat atau rambut-rambut yang tumbuh di sekujur tubuh (Laoddang, 2011).
Contoh motif sarung Bugis. a. Motif balo renni. b. Motif balo lobang. c. Motif bombang (Sumber: Priyanti, 2011).
Cobo’ adalah motif yang mirip dengan bombang, perbedaan terletak pada bentuk segitiga yang menyusunnya. Motif cobo’ tersusun oleh segitiga yang lebih ramping, tegak, dan ujung meruncing. Segitiga pada motif cobo’ membentuk jajaran melintang hingga bertemu di ujung sarung setelah dijahit. Motif cobo’ melambangkan keteguhan hati seorang lelaki dan keluarganya untuk melamar pujaan hatinya (Laoddang, 2011).
Post a Comment for "Sarung Samarinda 5 : Motif Sarung Bugis"